Senin, 09 Januari 2012

A modelling approach (pendekatan modelling)

A modeling approach to mathematics education places mathematical concepts and skills in context emphasizing the social and situated character of learning (English, 2003; Lesh & Doerr, 2003;Swan et al., 2007)”. Sebuah pendekatan pemodelan dalam pendidikan matematika memasukkan konsep matematika dan keterampilan dalam menekankan konteks (situasi) sosial dan meletakkan karater dalam pembelajaran.
"Mathematical modelling is the process of formulating and improving a mathematical model to represent and solve real-world problems. Through mathematical modelling, students learn to use a variety of representations of data and to select and apply appropriate mathematical methods and tools in solving real-world problems. The opportunity to deal with empirical data and use mathematical tools for data analysis should be part of learning at all levels. (Ministry of Education, 2006a, p. 8; 2006b, p. 4)".
Mathematical modeling (pemodelan matematika) adalah proses merumuskan dan meningkatkan sebuah model matematika untuk mewakili dan memecahkan masalah dalam dunia nyata (real world problem). Melalui pemodelan matematika, siswa belajar untuk menggunkan beragam  representasi data dan memilih serta menerapkan metode  matematika yang sesuai dalam memecahkan masalah dunia nyata. 
"Swetz and Hartzler (1991) described mathematical modelling as a systematic process that draws on many skills and employs the higher cognitive activities of interpretation, analysis, and synthesis".
Pemodelan matematika dikatakan sebagai proses yang sistematis yang mengacu pada banyak keterampilan dan memperkerjakan aktivitas kognitif yang lebih tinggi seperti kegiatan interprestasi, analisis, dan sintesis.

Kaur &Dindyal, (2010:99) berpendapat bahwa proses pemodelan terdiri dari empat tahap utama, yaiut:

1.             Mengamati fenomena, menggambarkan situasi masalah melekat dalam fenomena tersebut, dan cerdas faktor penting (variabel / parameter) yang mempengaruhi masalah
2.             Conjecturing (mendugaan) hubungan antara faktor-faktor, dan menafsirkan secara matematis untuk mendapatkan model dari fenomena tersebut.
3.             Menerapkan analisis matematis yang sesuai dengan model.
4.             Memperoleh hasil dan menafsirkanya kembali dalam konteks fenomena yang diteliti dan kesimpulan menggambar.
Kemudian, Kaur&Dindyal juga menyarankan ada tahapan kelima dalam proses pemodelan ini yaitu pengujian dan pemurnian model. Model ini berfungsi untuk menjembatani realitas yang dijelaskan dalam teks masalah dan dunia matematika. Proses pemodelan, termasuk analisis matematis untuk mencapai beberapa kesimpulan dan reinterpretasi dari solusi dalam situasi konteks nyata masalah.
 
 Catatan: (Masih dalam Proses Pemahaman)


Daftra Pustaka


Doosti, A & Ashtiani, AM. Mathematical modeling: a new approach for mathematics teaching in defferent level. http://www.enrede.ufscar.br/participantes_arquivos/E4_Ashtiani_TC.pdf. Diakses tanggal  20 Oktober 2011.
.
Kaur, B & Dindyal, J. 2010. Mathematical application and modelling. Singapore: World scientific.

Papageorgiou. 2009. The effect of mathematical modeling on student’s affect. Netherlands: AMSTEL Institute universiteit van amsterdam.

Varaki, bakhtiar S. 2006. Math modeling in educational research: An Approach to methodological fallacie. Australian journal of teacher education, vol 31, No 2, 29-35.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar